Wawancara
adalah suatu proses yang mengharuskan penafsiran dan penyesuaian terus-menerus.
Wawancara adalah salah satu cara untuk mencarai fakta dengan meminjam indera
(mengingat dan merekonstruksi) sebuah peristiwa, menguntip pendapat dan opini
narasumber. Kunci wawancara yang baik, kata Mike Fancher, wartawan Seattle Times, “adalah memungkinkan
narasumber mengatakan apa yang sebenarnya dipikirkan, bukan memikirkan apa yang
mau dikatakan.”
Wawancara dalam bidang
Jurnalistik
Dalam
pengertian jurnalistik, wawancara bisa diartikan sebagai suatu kegiatan
percakapan terpimpin dan tercatatatau percakapan secara tatap muka dimana
seseorang mendapat informasi dari oran lain.
Wawancara
dalam bidang jurnalistik digunakan untuk mendapatkan informasi tentang suatu wrta
yang sedang hangat dibicarakan.wawancara bisa dilakukan oleh jurnalis pada
siapa saja nan bisa mendukung erpenuhinya sebuah informasi.
Wawancara dalam bidang
penelitian
Dalam
bidang penelitian, wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam suatu penelitian. Atau bisa juga diartikan sebagai sebuah
metode pencarian data penelitian.
Wawancara
ini dilakukan oleh peneliti pada responden untuk mencari sebuah informasi atau
data. Iasanya, kegiatan wawancara dilakukan untuk studi pendahuluan dalam
menemukan masalahdalam sebuah penelitian.
Terdapat beberapa
teknik wawancara yang baik, terutama mmelakukan wawancara eksklusif, antara
lain :
- Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara agar narasumber juga dapat mempersiapkan dirinya dengan jawaban-jawaban yang mampu diberikan dan perlu
- Membaca kegemaran, hobi, dan hal-hal yang disukai narasumber agar pembicaraan lebih transparan atau terbukan dan tidak kaku.
- Menghindari pembicaraan berkembang menjadi perdebatan sebab wawancara bertujuan untuk mengorek keterangan, bukan beradu argumentasi.
- Menjadi pendengar yang baik, tetapi berikan juga kesan bahwa anda adalah pendengar yang tidak perlu digurui.
- Mencatat identitas dari setiap narasumber seperti nama jelas, gelar, usia, pekerjaan, jabatan, tempat tinggal, dan sebagainya.
- Mengatur irama pebicaraan dan untuk itu, sesuaikan diri dengan perkembangan situasi pertemuan sebab ada beragam tipenarasumber, seperti ada narasumber yang suka berbelit-belit, bicara panjang lebar, teoritis, menggurui, humoris,ekstrovert (terbuka), berhati-hati, tertutup (introvert), pendiam dan bersifat selalu menunggu.
- Menyampaikan ucapan terimakasih dengan sikap sopan dan simpatik selesai mewawancarai. Sebelumnya mintalah kesedian narasumber untuk memberi keterangan tambahan terakhir sebagai penutup, seakan-akan bukan anda yang menutup pembicaraan, tetapi narasumbernya sendiri.
- Apabila perlu dan terlebih dahulu jika diminta, anda sebaiknya menyampaikan hasil resume wawancara, selain itu konfirmasi, juga untuk melindungi narasumber dari kekeliruan.
Beberapa bentuk
wawancara :
1. Wawancara berita (news
interview), sebuah bentuk wawancara untuk
memberitakan keterangan ahli tentang suatu masalah yang sedang hangat.
2. Wawancara profil
pribadi (personality interview), yang tujuannya adalah
memberikan kesempatan kepada sosok yang diwawancarai untuk mengungkapkan
kepribadiannya melalui kata-katanya sendiri.
3. Wawancara kelompok
(symposium interview), dimana pandangan atau
sikap sejumlah responden, yang kadang-kadang besar jumlahnya, diangkat menjadi
berita
Menurut
Mulyadi Adhisupho 2005, orang yang bertanya harus menguasai pokok-pokok yang
menjaadi bahan wawancara. Sebaliknya orang yang ditanya harus menguasai tema
tidakhanya secara garis besar, tetapi juga secara mendetail. Untuk melakukan
wawancara memerlukan persiapan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Sebelum melakukan wawancara hendaknya menguasai persoalan yang akan dipercakapkan, kalau perlu membuat daftar pertanyaan dari yang bersifat umum sampai detail.
- Tahapan berikutnya menentukan arah permasalahan yang digali dengan dilengkapi berbagai berita berkaitan dengan bahan yang akan diadikan bahan wawancara
- Setelah menentukan permasalahan, menetapkan siapa-siapa saja yang akan menjadi narasumber untuk diwawancarai. Dalam hal ini harus jelas kriterianyamengapa dalam masalah ini harus mewawancarai narasumber tersebut.
- Mengenali sifat-sifatnya yang akan menjadi narasumber sebelum terjadi wawancara. Untuk mengenali lebih dekat narasumber, bertanya kepada orang lain yang tahu atau dekat dengan narasumber, atau membaca tulisan dan riwayat hidup termasuk hobi, keluarganya, dan kesukaan lainnya
- Sebelum bertatap muka membuat janji dulu sebelum melakukan wawancara, untuk menentukan kapan waktu yang luang dan tepat untuk melakukan wawancara.
- Mempersiapkan mental untuk mengadakan wawancara, karena masing-masing pribadi punya karakter yang berbeda. Persiapan lainnya, peralatan yang diperlukan atara lain, bloknote, bolpoin, tape recorder atau kamera jika memang diperlukan.
Beberapa bentuk daftar pertanyaan
yang sebaiknya dikenali :
- Bentuk Pertanyaan Terbuka. Bentuk pertanyaan ini biasanya diajukan untuk mencairkan kebekuan dalam suatu wawancara dantidak bermaksud untuk mengorek keterangan yang berkaitan dengan topik wawancara. Misalnya : “wah bapak rupanya senang olahraga. Olahraga apa saja yang bapak lakukan secara rutin ?” adalah petanyaan terbuka yang membuat narasumber terpancing untuk berbicara.
- Bentuk Pertanyaan Langsung. Ketika wawancara berkembang, pertanyaan-pertanyaan dapat menjadi lebig spesifik. Pertanyaan langsung berusaha untuk menemukan sifat atau keadaan suatu topi. Jika mengajukan kepada Walikota pertanyaan, “Bagaimana perkembangan tentang masalah anggaran itu pak ?” ini pertanyaan terbuka.
- Bentuk Pertanyaan Tertutup. Pertanyaan-pertanyaan langsung seringkali mendahului suatu pertanyaan tertutup, yang selangkah lagi masuk ke interogasi. Inilah pertanyaan tertutup untuk Walikota: “Berapa besar yang dianggarkan untuk dinas perjalanan tahun depan pak ?”
- Bentuk Pertanyaan Menyelidik. Pertanyaan ini seringkali mengikuti pertanyaan langsung dan pertanyaan tertutup dan bahkan lebih spesifik. Sekai lagi, dengan menggunakan contoh anggaran, pertanyaan menyelidik itu bisa berbunyi: “Mengapa anda menganggarkan 20 persen lebih besar untuk perjalanan dinas tahun depan pak ?”
- Bentuk Pertanyaan Bi-Polar. Pertanyaan ini diajukan untuk mendapatkan jawaban “ya” atau “tidak” tanpa komentar tambahan. “Apakah anggarn itu akan diumumkan kepada media pada pukul 9 pagi besok ?”
- Bentuk Pertanyaan Cermin. Setelah seorang wartawan memperoleh pengalaman, ia belajar menghemat-hemat waktu dalam wawancara untuk mendapatkan komentar dan jawaban atas butir-butir yang telah dicatat dalam pikirannya tetapi belum direkam. “Jadi pak, apa yang anda katakan, para pejabat anda memang perlu lebih banyak melakukan perjalan dinas di tahun mendatang ?’ merupqakan pertanaan cermin
- Bentuk Pertanyaan Hipotetis atau Sugestif. Menjelang berakhirnya wawancara, wartawan biasanya bertanya kepada narasumber untuk berspekulasi tentang suatu topik atau poko permasalahan yang sedang hangat. Jika bertanya kepada Walikota tetntang kemungkinan adanya pengurangan anggaran perjalanan dinas dikurangi, maka ajukan pertanyaan hipotetis. “Apakah anda pernah mempertimbangkan untuk mengurangi anggaran perjalanan dinas guna menghemat pendapatan ?” sebuah pertanyaan hipotetis dalam bentuk sugesti atau saran.
Referensi :
Hikmat
Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat. Pengantar Prof. Dr. Muhammad Budyatna,
M.A. Jurnalistik Teori & Praktik. Rosda, Bandung, 2005
Sedia
Willing Barus. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, Erlangga, Jakarta,
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar