Malam itu (22/06) terlihat tatapan mata yang tampak kosong. Sambil duduk diatas kursi kecilnya. Pria penjual kerak telor itu tampak sabar menunggu datangnya pembeli.
Pak Rohadi pria berusia 30 tahun menjajakan dagangannya. Ia setiap tahun mendatangi PRJ (Pekan Raya Jakarta). namun, Pak Rohadi tidak berjualan didalam PRJ. Ia mencoba mencari rezeki di luar area. Maklum, pria yang menjual kerak telor selama 10 tahun itu tidak sanggup membayar biaya sewa di dalam PRJ
“sewa tempat di PRJ ini cukup mahal. Ini sih bukan pesta rakyat, melainkan bisnis semata.” Ucap pria berpeci hitam ini.
Padahal pada masa kolonial Belanda kerak telor sempat menjadi makanan elit khas Betawi yang terkenal kelezatannya. Makanan ini dihidangkan saat pesta dan hajatan para pembesar masa itu.
“Mungkin zamannya sudah beda, ya makanan khas kaya gini cuma sekedar nama aja,yang lainnya juga sama, banyak yang mengeluhkan tempat di dalam mahal mba. Mangkanya kami Cuma bisa berjualan di emperan kaya gini.” Ujar Pak Rohadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar